Jumat, 16 Mei 2014

PENGAWETAN

PENGAWETAN BASAH Mungkin kebanyakan dari kita belum mengetahui taxidermy. Taxidermy adalah seni pemasangan atau kegiatan mereproduksi hewan yang sudah mati untuk dijadikan trofi berburu dan sumber belajar. Istilah taxidermy berasal dari bahasa Yunani yang artinya "penataan kulit". Taxidermy dapat dilakukan pada semua spesies vertebrata dari hewan, termasuk mamalia, ikan, burung, amfi bi, dan reptil. Orang yang mereproduksi dan ahli mengisi kulit hewan disebut taxidermist. Para taxidermist dapat berlatih secara profesional untuk museum atau sebagai bisnis untuk kebutuhan para pemburu dan nelayan, atau sebagai amatir. Mereka harus mengerti tentang anatomi, patung, lukisan, dan penyamakan. Kegiatan mengumpulkan hewan yang sudah dibekukan (taxidermy) mungkin pernah kita temui ketika berkunjung ke museum atau ke rumah seorang kolektor. Biasanya hewan-hewan tersebut menjadi hiasan. Sekilas terlihat seperti hewan yang masih hidup, tetapi sebenarnya telah mati. Memang sebenarnya mereka adalah hewan yang dikeraskan (dibekukan), tubuhnya asli, bukan buatan manusia. Tetapi, kebanyakan hewan taxidermy diletakkan pada museum-museum karena hewan-hewan yang dibekukan itu digunakan untuk belajar, sebagai media ilmu pengetahuan tentang anatomi tubuh hewan. Pada masa pemerintahan Victoria, taxidermy merupakan objek desain dan seni dekorasi yang mengacu pada pandangan kaum Barat terhadap dominasi manusia atas hewan. Hampir setiap kota memiliki bisnis penyamakan pada abad ke-18. Kemudian, pada abad ke-19, para pemburu binatang membawa hasil buruan mereka ke toko kain pelapis jok. Di situ, para pekerja pelapis kain jok benar-benar akan menjahit kulit hewan dan barang-barang mereka dengan kain dan kapas. Istilah "barang isian" atau "boneka" berevolusi dari bentuk kasar taxidermy. Para ahli yaxidermy lebih memilih memasang dan mengisi dengan kapas yang terbungkus tubuh kawat dengan jahitan pada kulit yang masih bagus. Dalam sebuah artikel "Nouveau Dictionnaire d'histoire Naturelle" (1803-1804) yang dipopulerkan Arsenical Soap, Louis Dufresne adalah ahli mengisi binatang di museum nasional d'Histoire Naturelle dari tahun 1793. Teknik itu memungkinkan untuk membangun museum koleksi terbesar burung di dunia. Seni taxidermy mulai berkembang pada awal abad ke-20 oleh artis Carl Akeley, James L Clark, William T Hornaday, Coleman Jonas, Fredrick, William Kaempfer, serta Leon Bardoa. Di bawah pimpinan mereka, seni taxidermy berkembang menjadi bentuk modern. Tokoh Anatomis mengembangkan setiap detail artistik dengan pose yang menarik secara akurat, dengan pengaturan yang realistis dan bentuk yang dianggap sesuai untuk spesies. Ini hanya perubahan dari karikatur populer menjadi sebuah trofi (piala). btr/R-2 Bentuk Seni yang Menarik Praktik metode para taxidermist telah meningkat selama satu abad terakhir dengan mempertinggi kualitas taxidermic dan menurunkan kualitas toksisitas. Prosesnya sama ketika menghilangkan kulit dari ayam yang belum dimasak. Proses taxidermy dapat dicapai dengan cara tidak membuka rongga tubuh hewan sehingga pengisian tidak harus melihat organ tubuh hewan tersebut. Praktik itu bergantung pada jenis kulit dan bahan kimia yang diterapkan pada kulit sehingga menjadi kulit yang kecokelatan. Kemudian dipasangkan pada manekin yang terbuat dari kayu, wol, dan kawat, atau bentuk poliuretan. Banyak ahli kulit AS menggunakan hewan beruang sebagai bahan taxidermy, tetapi sebagian dari mereka menggunakan ular, burung, dan ikan sebagai objek taxidermy. Pemasangan binatang telah lama dianggap sebagai suatu bentuk seni yang menarik. Seni ini membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk pengerjaannya. Tidak semua taxidermist modern menjadikan taxidermy ajang memburu trofi atau komersialitas. Dengan cara pembekuan, spesimen taxidermy dapat disimpan dan digunakan kemudian. Ahli pengisi binatang kemudian menghilangkan kulit. Kulit akan tampak kecokelatan dan diobati dengan bahan kimia. Kemudian melakukan pengukuran pada kulit yang tersisa untuk mengambil beberapa bagian tubuh dan kulit. Sebuah metode tradisional yang masih populer saat ini dengan cara melibatkan dan mempertahankan tengkorak asli dan tulang kaki dari spesimen, dan menggunakannya sebagai dasar untuk pembuatan manekin, dibuat dari rol kayu dan kawat galvanis. Ada cara lain dari metode ini, yaitu memplester bangkai hewan secara rapi, kemudian membuat salinan dari hewan tersebut dengan menggunakan salah satu dari beberapa metode pembuatan taxidermy. Kemudian sebuah cetakan akhir terbuat dari resin poliester dan kain kaca. Suatu bentuk poliuretan dibuat untuk produksi akhir. Cetakan yang digunakan untuk menghasilkan tokoh binatang disebut "bentuk". Bentuk juga dapat dibuat dengan patung hewan di tanah liat. Banyak orang menghasilkan bentuk dan dijadikan stok dalam berbagai ukuran. Kemudian mata kaca biasanya ditambahkan ke dalam bentuk, dan dalam beberapa kasus menggunakan gigi palsu, lidah, rahang, atau untuk beberapa burung menggunakan paruh dan kaki buatan. Seiring berjalannya waktu, tren taxidermy semakin populer, yaitu membekukan hewan secara kering (freezing dry). Metode freezing dry biasanya dilakukan pada reptil, burung, dan mamalia kecil seperti kucing, tikus besar, serta beberapa jenis anjing. Metode ini memang terlalu memakan waktu dan mahal. Kemudian ada istilah rogue taxidermy yang diperkenalkan oleh Minneapolis, keolmpok yang berbasis pada the Minnesota Association of Rogue Taxidermists (MART) pada oktober 2004. Asosiasi itu didirikan oleh Sarina Brewer, Scott Bibus, dan Robert Marbury. Lantas, ada istilah taxidermy antropomorfik, yakni tempat boneka binatang yang berpakaian layaknya orang, atau ditampilkan seolah-olah terlibat dalam kegiatan manusia. Metode ini sangat populer pada era Victoria dan Edward, tetapi gaya atau metode ini masih dapat kita temukan saat ini. Praktisi yang terkenal dengan metode ini adalah Walter Potter dan Edward Hart yang menggambarkan atau membuat seri tinju dua tupai merah. btr/R-2Pengakuan Amanda Seyfried Aktris cantik Amanda Seyfried ternyata memiliki hobi yang cukup aneh. Ia ternyata senang sekali mengoleksi hewan- hewan yang diawetkan alias taxidermy. Bersama dengan mantan kekasihnya, Ryan Phillippe, aktris multitalenta ini adalah seorang pencinta seni taxidermy (seni mengawetkan binatang). Tentu saja ia membuat banyak orang terkejut dengan pernyataannya karena biasanya yang memiliki hobi tersebut adalah orang-orang geek. "Aku memang seorang penggemar taxidermy, aku lebih suka mengoleksi binatang-binatang yang diawetkan, yang tubuh dan kulit yang masih dalam bentuk utuh," kata dia. Karena kecintaannya pada seni taxidermy ini, wanita berambut pirang yang berperan sebagai Karen Smith di film Mean Girls (2004) itu rela mengeluarkan uang berapa pun untuk memuaskan keinginannya mengoleksi binatang-binatang yang telah diawetkan. "Belum lama ini, aku membeli seekor kuda yang diawetkan. Ini adalah binatang utuh kedua yang aku beli. Harga kuda itu 1.900 euro (sekitar 25 juta rupiah). Memang mahal sih, tapi ini sebuah seni yang aku suka," pungkas dia. berbagai sumber/btr/R-2 PROSES PENGAWETAN HEWAN Biologi adalah suatu ilmu tentang kehidupan. Bagi siswa mempelajari tumbuhandan hewan dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya adalah bagian penting dalammempelajari biologi. Untuk mengenal hakekat hidup, serta dalam kehidupan tersebutdiperlukan suatu cara atau metode.Pengawetan tumbuhan dan hewan sangat diperlukan terutama untuk memenuhikebutuhan pada masa yang akan datang, "dalam membantu" perkembangan ilmu. Awetanrangka dan anatomi tumbuhan maupun hewan sering diperlukan sebagai alat peraga dalamkegiatan belajar mengajar biologi di kelas. Adanya awetan yang dibuat sendiri sangatmembantu pengadaan alat peraga dan koleksi. Tanpa adanya pengawetan yang baik,tumbuhan dan hewan yang ditemukan dan dikoleksikan maka akan mengalami kerusakan,misalnya pengerutan atau pembusukan A. Herbarium Herbarium adalah tumbuhan yang dikeringkan dan direkatkan pada kertasmanila, diberi nama dan keterangan secara lengkap, atau dapat pula diartikan sebagailembaga atau tempat menyimpan herbarium spesimen. Pada awalnya herbariummerupakan tempat menyimpan tanaman atau tumbuhan yang memiliki khasiat obat.Herbarium berfungsi sebagai: 1.Tempat koleksi tumbuhan 2.Tempat pemeliharaan fosil tumbuhan 3.Tempat aktivitas ilmuan sistematika 4.Tempat penelitian sistematika tumbuhan. 5.Pemeliharaan data vegetasi , 6.Tempat sarana membelajaran botani phansrogamae. 7.Bahan identifikasi dan determinasi. 8.Bukti kekayaan tumbuhan dari suatu daerah. 9.Bahan tukar menukar kekayaan alam tumbuhan dari berbagai daerah. Untuk membuat suatu herbarium sederhana diperlukan beberapa peralatan yang terdiridari: 1. Cangkul atau sekop. 2. Gunting tanaman kecil. 3. Pisau saku atau pisau silet. 4. Sabit panjang. 5. Vasculum/tromol/kantong plastik ukuran 55 cm x 80 cm. 6. Sasag untuk mengepres ukuran 55 cm x 40 cm.7. Binokuler lapangan. 8. Kertas koran. 9. Pita meteran. 10.Altimeter. 11. Label, note book, pinsil, kertas koleksi, dan lem. 12. Kamera (tustel). 13. Bahan pengawet (sublimat, alkohol, formalin). B. Insektarium Salah satu cara yang baik untuk mempelajari serangga diantaranya ialah pergike lapangan dan kemudian kita mengadakan koleksi terhadap serangga-seranggatersebut. Akan tetapi mempelajari serangga tidak mungkin dilakukan di lapangan setiap jam pelajaran. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu jam pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan koleksi terhadapserangga tersebut dan selanjutnya mengawetkannya. Mempelajari serangga dengan menggunakan koleksi serangga yang telahdiawetakan akan lebih menarik dibandingkan dengan hanya mempelajari serangga dari buku saja maupun mengamati gambar serangga yang ada pada buku.Tanpa diawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satukali praktikum tetapi jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin. Denganmengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu sering mengadakan koleksiyang mungkin akan mengganggu keseimbangan alam. 1.Alat dan Bahan yang diperlukan 1.Jala serangga (insect net) 2.Botol pembunuh serangga (Insect killing jar). 3.Tromol. 4.Kantong plastik. 5.Amplop atau kertas yang dapat dibuat amplop. 6.Perentang serangga (Spreading board). 7.Pinset. 8.Kotak serangga. 9.Jarum serangga. 10.Kartu label. 11.Kapurbarus/silikagel. Untuk lebih jelasnya dikenalkan satu-persatu mengenai alat serta bahan yang dipergunakan untuk koleksi dan pengawetan serangga tersebut sebagai berikut. B.1.a.Jala serangga ahan yang digunakan untuk membuat j ala serangga.a.kain kelambu b.kain katunc.bangkai dari kawatd.tangkai kayue.tali pengikat atau pipa besi B.1.b.Botol pembunuh serangga Botol ini berupa botol yang bermulut datar dan mempunyai tutupyang rapat. Ukuran botol tersebuit bermacam-macam ada yang kecil ada juga yang besar. Pada bagian dasar botol berisi zat pembunuh seranggamisalnya Calcium Cyanida (CaCn). Di atas Calcium Cyanida terdapatlapisan katun dan kapas yang dilapisi dengan cardboard. B.1.c.Tromol Tromol berupa kotak yang terbuat dari logam yang mempunyaitutup dan mempunyai tali yang dapat disandang. B.1.d.Kantong plastik Kantong plastik berupa plastik yang transparan dengan bermacam-macam ukuran diantaranya 5x10 cm2, 10 x 10 cm2, dan sebagainya. B.1.e.Amplop Amplop terbuat dari kertas HVS ataii kertas stensil ukuran folio.Kertas tersebut dilipat sedemikian rupa sehingga menjadi amplop tempatmenyimpan serangga sementara.Cara membuat amplop :-Kertas HVS ukuran folio (ABCD).- Buat garis EF seperti terlihat paga gambar.- Lipat kertas tersebut pada garis EF menurut arah pada gambar.- Setelah dilipat terlihat seperti gambar. - Garis AB dan garis BC dilipat seperti arah panah, hingga terbentuk amplop. B.1.f.Pinset Pinset diperlukan untuk mengambil serangga kecil atau larvaserangga. B.1.g.Perentang serangga Perentang serangga bahannya terbuat dari kayu dan mempunyaiukuran panjang 30 cm dan lebar 10 cm. Bentuknya seperti tampak padagambar. B.1.h.Kotak serangga Kotak serangga merupakan kotak untuk menyimpan seranggayang telah diawetkan. Kotak serangga dapat terbuat dari bahan kayu ataukarton tebal yang mempunyai tutup yang terbuat dari kaca. Tutup tersebutdapat dibuka.Cara membuat tutup dapat dibuat langsung dari kaca yang bisadigeser seperti tampak pada gambar atau tutup kotak tersebut berupa bingkai yang memakai kaca dan dapat dibuka dengan engsel.Ukuran kotak dapat dibuat bermacam-macam tergantung darikebutuhan, misalnya panjang 60 cm dan lebar 40 cm, tinggi atau tebalkotak antara 6-7 cm. Pada bagian dasar dari kotak dilapisi dengan bagianyang lunak supaya mudah ditusuk oleh jarum serangga, misalnya terbuatdari lempengan gabus atau lembaran busa. B.1.i.Jarum serangga Jarum serangga bentuknya seperti jarum pentul tapi lebih panjangdari jarum pentul. B.1.j. Kertas label Kertas label terbuat dari karton manila yang berwarna putihdengan bentuk empat persegi, panjang ukurannya tidak lebih dari 6x8mm2. B.1.k. Kapur barus Kapur barus yang dipergunakan ialah kapur barus yang biasadigunakan sehari-hari. Kapur barus disimpan dalam kotak serangga yang berisi serangga yang telah diawetkan dan dibungkus dengan kain kasa danditempelkan pada dasar kotak dengan bantuan jarum pentul atau paku payung. B.2. Cara Menangkap Serangga Untuk menangkap serangga digunakan jala serangga. Jala serangga padaumumnya digunakan untuk menangkap serangga yang dapat terbang. Untuk menangkap serangga-serangga kecil yang hidup pada rumput-rumputan atau padasemak, yaitu dengan cara mengibas-ngibaskan jala serangga beberapa kali padarumput atau semak tersebut.Jala serangga dapat juga diguankan untuk menangkap serangga sedangterbang. Apabila serangga tersebut telah masuk ke dalam jala maka jala tersebutsegera dilnatkan agar serangga tidak lepas kembali (lihat gambar). Untuk mengambil serangga yang telah masuk ke dalam jaring dapat dilakukan dengancara memasukkan botol pembunuh serangga ke dalam jaring. Selanjutnya tutup botol dibuka dan setelah serangga masuk ke dalam botol segera ditutup d anganrapat. Mengambil serangga di dalam jala serangga dengan menggunakan botol pembunuh serangga dapat menghindari kerusakan serangga. Karena apabiladengan tangan atau pinset serangga tersebut akan menggelepar, kemudian bagiantubuh serangga, misalnya sayap akan robek. Juga pengambilan serangga dengancara tersebut dapat menghindari sengatan apabila serangga tersebut mempunyaisengat. Setelah serangga dalam botol tersebut mati, maka untuk serangga kecilatau serangga yang bersayap dimasukkau ke dalam kantong plastik. Sedangkanuntuk serangga besar terutama kupn-kupu dimasukkan ke dalam amplop yangtelah disediakan terlebih dahulu. Kantong plastik dan amplop yang berisiserangga selanjutnya dimasukkan ke dalam tromol. B.3. Cara Merentang Serangga Sebelum serangga itu dikoleksi dalam kotak serangga terlebih dahuluserangga tersebut hams direntang pada papan perentang serangga. Pada waktumerentang harus diusahakan semua bagian serangga harus mudah dilihat danmudah untuk dipelajari. Serangga yang direntang harus masih utuh, artinyasemua bagian serangga tidak ada yang hilang atau rusak.Serangga yang akan direntang bagianthoraknya(dada) ditusuk dengan jarum serangga. Cara menusuk serangga tergantungpada jenis serangganya.Selanjutnya bagioan tubuh serangga diletakkan pada bagian tengali atau bagianyang melekuik dari perentang serangga. Punggung (bagian dorsal) seranggamenghadap ke atas dan serangga diletakkan ke arah memanjang dari perentangserangga. Kemudian letak sayap diatur. Supaya letak sayap tetap maka harusditutup dengan kertas dan dikuatkan dengan jarum serangga. Setelah direntangserangga tersebut dibiarkan untuk beberapa hari sampai serangga tersebut kering.Selama pengeringan dalam perentang serangga tidak perlu diberi bahan pengawet karena tubuh serangga mempunyai rangTa luar yaqng terbuat dari bahan kitin. Selama pengeringan harus diusahakan disimpan di tempat yang bebas semut. Lama pengeringan dalam perentang tergantung dari besar kecihiyaserangga dan juga tergantung dari kelembaban dan temperature udara:Untuk mengetahui apakah serangga tersebut sudah kering dapat dilakukandengan cara menyentuh abdomen serangga tersebut dengan menggunakan jarum- jarum secara berhati-hati.Apabila abdomen tersebut dapat bergerak terhadap sayap maka seranggatersebut belum kering betul. B.4.Cara Penusukan Serangga Serangga yang telah dikeringkan diletakkan dalam kotak serangga dengan bantuan jarum serangga yaitu dengan cara menusuk serangga tersebut dengan jarum serangga. Serangga ditusuk pada bagian tubuhnya secara vertikal. Bagiantubuh serangga yang ditusuk tergantung dari jenis serangganya. Serangga yang berbentuk kupu-kupu, labah, kumbang kayu, dan lalat, penusukan dilakukan padathorax di antara dasar sayap depan. Untuk kumbang kayu dan lalat, tusukan agak mengarah ke sebelah kanan. Penusukan pada kepik kayu yaitu pada bagian kananscutellum. Pada Belalang penusukan di bagian belakang pronotum arah sebelahkanan. Pada serangga yang bersayap perisai penusukan dilakukan pada elytron sebelah kanan.A. Kupu-kupuB. LalatC. Kepik D. BelalangE. Serangga bersayap perisai B.5. Cara Memberi Label Nilai ilmiah dari spesimen serangga tergantung dari data lokasi, tanggaldan kolektor yang tertulis pada label. Label ditusukan dengan jarum serangga dandiletakkan paralel dengan serangga. Tinggi label pada jarum harus sama yaitusekitar 1,5 cm. Tulisan pada label harus dapat dibaca dari sebelah kananserangga. B.6.Cara Menyusun Koleksi Serangga Specimen serangga yang telah ditusuk dengan jarum serangga dan diberilabel disusun dalam kotak serangga. Serangga dapat disusun menurut Ordo danFamilinya. Untuk keperluan tersebut diperlukan label Ordo dan label Famili.Label Ordo berisi nama Ordo dan nama daerahnya demikian juga label famili berisi nama famili dan nama daerahnya. Label Ordo diletakkan pada jarumterpisah demikian juga label Famili.Untuk koleksi yang disusun dalam musium selain diberi label Ordo danfamili juga diberi label Genus, Species, Author dan tanggal. Label ini berukuran1,25 cm x 3 cm dan diletakkan pada bagian bawah yang berisi lokasi, tanggal dankolektor. B.7. Pengawetan Serangga dalam Cairan Penganiet Pengawetan serangga selain cara kering dapat juga dengan caramenggunakan cairan pengawet. Pengawetan dengan cara ini dapat dilakukansecara sementara sebelum serangga tersebut ditusuk atau atau juga dilakukansecara permanen. Para kolektor banyak yang mengawetkan serangga dalamcairan pengawet karena hal ini mempunyai kemudahan dalam determinasidibandingkan dengan serangga yang ditusuk. Serangga yang biasa diawetkandalam larutan pengawet terutama serangga dalam stadium larva atau nirnfa,serangga yang mempunyai tubuh lunak dan serangga kecil yang apabila ditusuk akan rusak. B.7.a.Bahan Cairan yang digunakan untuk mengawetkan serangga dan larva ialahetil alkohol 70% s.d 75%. Cairan yang digunakan untuk membunuhserangga dan larva ialah etil alkohol 95%. B.7.b.Cara mengawetkan Serangga atau larva dimasukkan dalam etjl alkohol 95% selama 24 jam. Selanjutnya serangga tersebut diawetkan dalam botol yang berisi etilalkohol 70% s.d 75% dan tutup dengan rapat.Etil alkohol cocok digunakan sebagai pengawet larva tetapi biasanyatidak cocok digunakan untuk membunuh larva. Cara membunuh yangtidak cocok dapat mengakibatkan larva tersebut kehilangan warna,menggelembung atau bentuknya berubah. B.7c. Cara membunuh larva 1.Dengan cara kimiawi Dengan cara ini dilakukan derngan menggunakan larutan seperticampuran XA: Xilene ......................1 bagian Etil alkohol 95% ..............1 bagian 2. Dengan cara pemanasan Cara ini dilakukan dengan memasukkan larva ke dalam air panas yangdibiarkan airnya sampai dingin dan diawetkan dalam etil alkohol 75%. TEKNIK PENGAWETAN HEWAN AVERTEBRATA Pengawetan hewan avertebrata bertujuan untuk mempermudah pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika hewan avertebrata dengan membuat media pendidikan sendiri. Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu : 1. kegiatan mematikan hewan Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut : a. menthol, dengan cara menaburkan kristal-kristal menthol pada permukaan air tempat hewan tersebut mengembang. b. Magnesium sulfat, kristal magnesium langsung ditaburkan pada permukaan hewan yang masih basah. c. magnesium chlorida, larutan chlorida 7,5% (dilarutkan air yang telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 30 detik. d. chloral hydrate, digunakan untuk melakukan anastesi hewan air tawar e. propylene phenoxetol, dengan cara merendam hewan-hewan yang mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene phenoxetol yang kadarnya tidak melebihi 1%. f. ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air tawar dengan kadar 10%. 2. fiksasi Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat. 3. Pengawetan. Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur. Pengawetan Hewan Kering dengan Taksidermi Pengawetan hewan kering dengan cara /istilah taksidermi merupakan proses pengawetan dengan cara mengelurkan organ dalam dari hewan tersebut dan yang dibentuk adalah kulit dari hewan itu sendiri. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi kepada para pembaca blog saya yang sederhana ini mengenai teknis pengerjaan pengawetan hewan dengan cara pengeringan ini lebih detail disertai foto kegiatan yang pernah saya lakukan mudah-mudahan bermanfaat (foto-foto ini saya ambil kebetulan dapat job/order/terima jasa pengawetan hewan kering dari seseorang yang sangat menyayangi hewan tersebut. Hewan tersebut adalah seekor anjing yang sudah berusia 15 tahun (mati karena usia). Berikut tahapan proses pengawetan hewan dengan cara pengeringan/taksidermi : 1. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah kepada kita, apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. ini Tentunya bukan untuk eksploitasi atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan. 2. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena jangan sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara fisiologis belum mati. Istilah saya untuk kejadian tersebut adalah "menjolimi". (Contoh gambar proses pematian hewan di bawah artikel ini). 3. Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit). 4. Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama pengeringan tergantung jenis hewannya.

Tidak ada komentar: