Selasa, 24 Januari 2012

OSMOSIS MELALUI SELAPUT TELUR


OSMOSIS MELALUI SELAPUT TELUR
OLEH : IDHAM OLONG 
A.     PENDAHULUAN
Osmosis sering diasalah pahami oleh mahasiswa.Sebagai sala satu contoh misalnya konsep yang menerangkan bahwa osmosis adalah peristiwa yang merupakan kebalikan dari peristiwa difusi. Kesalahan terjadi ketika memahami bahwa osmosis adalah pergerakan atau perpindahan molekul dari konsentrasi rendah ( hipotonis ) menuju larutan dengan konsentrasi tinggi ( hipertonis ) melalui membrane semipermeabel semata.pada pemahaman seperti initidak memperhatikan molekul mana yang bergerak? jika diperhatikanbahwa yang mengalami pergerakan adalah molekul pelarut ( air ) maka tidak akan terjadi kesalahan dalam memahami konsep sederhana ini. Dengan demikian baik difusi maupun osmosis sama – sama bergerak, berpindah untuk meniadakan gradient konsentrasi sehingga pada ahir proses akan didapatkan kondisi larutan yang seimbang ( isotonis ). Dalam praktikum ini kita akan memanfaatkan membrane semipermeabel alami yang dimiliki oleh telur. Berikutnya cara untuk mengatahui peristiwa osmosis adalah dengan melakukan pengamatan pada telur, pertama telur di lubangi kedua ujung kutubnya, kemudian sala satu ujung dilubangi hingga cangkang dan selaputnya pecah, sebaliknya ujung berlawanan dilubangi hingga selaputnya, masukan sedotan pada ujung yang telah dilubangi cangkang dan selaputnya dan tetesi dengan lilin hingga tidak terdapat rongga untuk keluarnya udara. Selanjutnya rendam telur dalam beker gelas dengan air secukupnya dan amati perisiwa osmosis pada sedotan tersebut. Sebelumnya sedotan diberikan skala agar dapat menghitung osmosis yang terjadi ( cm/ menit ).


B. TINJAUAN PUSTAKA

Osmosis merupakan bentuk perpindahan molekul air dari kosentrasi yang rendah ke kosentrasi yang tinggi. Dengan masuknya air melalui sel akan tentulah akan terbawa ion-ion yang terdapat di dalam tanah karena larutan tanah mengandung ion. Pertumbuhan juga bergantung pada pengambilan air, dan banyak hal dalam hubungan air tumbuhan bergantung pada interaksi antara sel dengan lingkungan. Tumbuhan memang merupakan sistem yang dinamis dan sangat rumit, fungsi yang satu berinteraksi dengan fungsi yang lain.
Dengan kata lain, tumbuhan adalah sistem multidimensi.
(Salisbury dan Ross, 1995).Perbedaan konsentrasi sangat umum terjadi pada sel hidup.Misalnya jika pada senyawa organik tertentu dalam sitosol masuk ke dalam sel dan dimetabolisme oleh mitokondria, maka konsentrasi sitosol yang berada di dekat mitokondria harus dipertahankan lebih rendah daripada konsentrasi sitosol yang berada di dekat organel lainnya.Hal ini penting diperhatikan terutama jika membicarakan difusi air.
            Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas, misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid)
            Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh.(Islami dan Utomo, 1995).Sel tumbuhan, prokariota, fungi, dan sejumlah protista memiliki dinding. Apabila sel seperti ini berada dalam larutan hipotonik ketika direndam dalam air hujan, misalnya dinding akan membantu mempertahankan keseimbangan air sel tersebut. Seperti sel hewan, sel tumbuhan ini membengkak ketika air masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut. Pada saat ini sel tersebut membengkak (sangat kaku) yang merupakan keadaan yang sehat untuk sebagian besar sel tumbuhan.Tumbuhan yang tidak berkayu, seperti sebagian besar tumbuhan rumahan, tergantung pada dukungan mekanis dari sel yang dijaga untuk tetap bengkak oleh larutan hipotonik sekelilingnya.Jika sel tumbuhan dan sekelilingnya isotonik, tidak ada kecenderungan bagi air untuk masuk dan selnya menjadi lembek (lembut), yang menyebabkan tumbuhan menjadi layu.
            Molekul-molekul air bersatu sebagai akibat adanya ikatan hidrogen.Pada saat itu berada dalam wujud cair, ikatan hidrogennya sangat rapuh, kekuatannya hanya sekitar seperduapuluh dari kekuatan ikatan kovalen.Ikatan-ikatan tersebut terbentuk, terpisah, dan terbentuk kembali dengan sangat cepat.Tiap ikatan hidrogen hanya mampu beberapa piko detik, tetapi molekul-molekulnya secara terus-menerus membentuk ikatan baru dengan pasangan penggantinya. Oleh karenanya, dalam waktu yang singkat, sejumlah tertentu dari seluruh molekul air akan berikatan dengan molekul tetangganya, membuat molekul air lebih teratur dibanding cairan lainnya. Secar keseluruhan, ikatan hidrogen menyatukan substansi tersebut, suatu fenomena yang disebut kohesi.
            potencial osmotik larutan luar lebih rendah dari potensial osmotik sel-sel akar, maka air dapat masuk dari larutan luar ke dalam sistem akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat terlarut maka masuknya air ke dalam akar akan menjadi lebih lambat sampai arah pergerakan air mungkin akan tebalik.


C. Metode prektikum
a.       Hari dan Tanggal
Kamis, 19-01-2012
b.      Waktu atau Jam
12.00 - selesai
c.       Tempat Praktikum
Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Unpatti
d.      Alat
ü  Sedotan
ü  Lilin
ü  Spidol
ü  Bekerglass 100 ml
ü  Air
ü  Penggaris
e.       Bahan
ü  Telur ayam
f.       Prosedur kerja :
ü  Ambil sebutir telur, kemudian pukul-pukulah pelan-pelan pada bagian ujung telur yang tumpul sehingga cangkangnya retak. Jangan sampai selaput di dalamnya pecah
ü  Bersihkan bagian ujung telur yang tumpul dari cangkang yang sudah retak-retak dengan cara mengambil retak-retakan cangkang dengan hati-hati sehingga didapatkan ujung telur yang tanpa cangkang kurang lebih 3 cm persegi.
ü  Pada ujung telur yang satunya (yang lebih lancip) dibuat lubang untuk memasukkan sedotan
ü  Masukkan sedotan ke dalam telur dengan hati-hati.
ü  Nyalakan lilin dan arahkan tetes lilin ke bagian telur tempat masukkan sedotan sehingga sedotan dan telur menjadi rapat (tidak bocor)
ü  Isilah bekerglass 100 ml dengan air kurang lebih 90 ml.
ü  Ambillah potongan lidi (2-3 batang) dan diletakkan miring dari dasar bekerglass ke mulut bekerglass yang berguna untuk menyangga telur supayan tidak tenggelam ke dasar bekerglass.
ü  Sebelum dimasukkan bubuhkan skala pada sedotan dengan menggunakan titik 0 dari pangkal sedotan yang berhimpit dengan ujung telur.
ü  Masukkan telur dan bekerglass yang sudah diisi air dengan pelan-pelan dan mulailah mencatat waktunya.
ü  Amati pergerakan air pada sedotan dengan selang waktu 5 menit kurang lebih 30 menit/secukupnya hingga anda mendapatkan data yang representatif.


D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
telur ayam kampong ( Callus domestica )
Menit ke
Perubahan
5
5 cm
10
12 cm
15
16 cm
20
23cm
25
30 cm
30
39    m

2. Analisa data
WP (menit) PU (cm)
5 menit = 7 cm
10 menit = 4 cm
15 menit = 7 cm
20 menit = 7 cm
25 menit = 7 cm
30 menit = 9 cm
Keterangan:
WP : waktu pengamatan (menit)
PU : pertambahan ukuran akibat tekanan osmosis pada sedotan (cm)
         5 menit 4 cm, 7 cm, 9 cm

3.  Pembahasan
            Proses osmosis alami yang terjadi  pada telur ayam kamoung (Callus domestica), proses osmosis ini merupakan proses transport pasif karena tanpa energy aktifitas. Osmosis adalah pergerakan atau perpindahan molekul dari konsentrasi rendah ( hipotonis ) menuju larutan dengan konsentrasi tinggi ( hipertonis ) melalui membrane semipermeabel semata.
Dari hasil pengamatan kita dapat mengetahui dan menghitung nilai laju osmosis yang terjadi pada telur ayam.

            pada  prosedur kerja yang telah dibuat, dimana telur ayam kampong harus dilubangi pada kedua kutub telur. Kutub telur pertama dilubangi hingga menembus cangkang dan selaput telur sebaliknya pada kutub telur berlawanan di lubangi hingga cangkangnya saja , kita dapat mengamati bagaimana molekul air yang memiliki konsentrasi rendah dapat berpindah ke cairan telur yang memiliki konsentrasi tinggi, serta dapat mengamati bagaimana molekul air menembus membrane sel telur ( selaput ) yang selektif permeabel. Dalam hal ini air sebagai pelarut yang memiliki konsentrasi rendah ( hipotonis ) dan cairan di dakam telur merupakan pelarut yang memiliki konsentrasi tinggi ( hipertonis ). Kesetimbangan dinamis akan terjadi jika konsentrasi antara larutan air dan cairan telur sama dan terbentuk larutan yang isotonis. Perpindahan larutan juga terjadi akibat adanya perbedaan konsentrasi,
Perbedaan konsentrasi sangat umum terjadi pada sel hidup.Misalnya jika pada senyawa organik tertentu dalam sitosol masuk ke dalam sel dan dimetabolisme oleh mitokondria, maka konsentrasi sitosol yang berada di dekat mitokondria harus dipertahankan lebih rendah daripada konsentrasi sitosol yang berada di dekat organel lainnya.Hal ini penting diperhatikan terutama jika membicarakan difusi air
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada sedotan yang telah diberikan skala dalam selang waktu 5 menit hingga 30 menit diperoleh peningkatan tekanan pada sedotan yang diakibatkan oleh tekanan osmotic ,peningkatan tekanan yang dibaca pada skala sedotan yaitu 4 cm per 10 menit, 7 cm per 5 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit dan 9 cm per 30 menit.

 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
-          proses naiknya cairan yang terdapat dalam telur dapat diartikan sebagai proses osmosis karna dilihat dari pengertiannya osmosis merupakan proses perpindahan molekul air dari kosentrasi rendah ke kosentrasi tinggi.
-          Cairan yang terdapat dalam telur dapat naik ke atas karena air yang merupakan pelarut yang memilki konsentrasi rendah (hipotonik) akan berpindah ke cairan telur yang memiliki konsentrasi tinggi (hipertonik) melewati selaput membrane telur yang selektif permeable dengan melawan gradient konsentrasi melalui proses osmoregulasi. Maka air tersebut yang mengakibatkan tekanan pada cairan telur tersebut naik dari konsentrasi rendah samapai tinggi.
E. DAFTAR PUSTAKA
ü  Pagaya, Joseph. 2012.Penuntun Praktikum Osmosis dengan Selaput Telur. FMIPA UNPATTI-BIOLOGI.

Minggu, 22 Januari 2012

pengukuran potensial air


laporan fisiologi tumbuhan osmosis


LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN
                                                                                                                                                      I.            PENDAHULUAN
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat dua larutan yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai kedua larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Banyak hewan-hewan laut, seperti bintang laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda) cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi.

                                                                                                                                         II.            TINJAUAN PUSTAKA
Osmosis adalah peristiwa perpindahan molekul air dari lokasi dengan potensi solvent tinggi, menuju lokasi berpotensi solvent rendah, melalui membran semi-permeable.Umumnya yang disebut sebagai solvent di sini adalah air. Dapat dikatakan bahwa peristiwa osmosis adalah transfer solvent (dan bukan solut).Sedangkan peristiwa transfer solut, dikenal sebagai dialysis (arah aliran dari titik berpotensi solut tinggi menuju ke rendah).

            Prinsip osmosis: transfer molekul solvent dari lokasi hypotonic (potensi rendah) solution menuju hypertonic solution, melewati membran. Jika lokasi hypertonic solution kita beri tekanan tertentu, osmosis dapat berhenti, atau malah berbalik arah (reversed osmosis).Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis disebut sebagai osmotic press.Jika dijelaskan sebagai konsep termodinamika, osmosis dapat dianalogikan sebagai proses perubahan entrropi. Komponen solvent murni memiliki entropi rendah, sedangkan komponen berkandunagn solut tinggi memiliki entropi yg tinggi juga.
            Mengikuti Hukum Termo II: setiap perubahan yang terjadi selalu menuju kondisi entropi maksimum, maka solvent akan mengalir menuju tempat yg mengandung solut lebih banyak, sehingga total entropi akhir yang diperoleh akan maksimum.Solvent akan kehilangan entropi, dan solut akan menyerap entropi. "Orang miskin akan semakin miskin, sedang yang kaya akan semakin kaya". Saat kesetimbangan tercapai, entropi akan maksimum, atau gradien (perubahan entropi terhadap waktu) = 0. Ingat: pada titik ekstrim, dS/dt = 0.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi.
Masuknya larutan ke dalam sel-selendodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergeradari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa. Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecilseperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.Proses Osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran tersebut telah mencapaikeseimbangan.Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel bermembran. Osmosis dapatdicegah dengan menggunakan tekanan.Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yaknitekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis.
Jika anda merendam wortel ke dalam larutan garam 10 % maka sel-selnya akan kehilangan rigiditas (kekakuan)nya. Hal ini disebabkan potensial air dalam sel wortel tersebut lebih tinggi dibanding dengan potensial air pada larutangaram sehingga air dari dalam sel akan keluar ke dalam larutan tersebut.

                                                                                                                                    III.            METODE PRAKTIKUM
A.    Hari dan tanggal praktikum    : Kamis, 12 Januari 2012
B.     Waktu / jam                             : 14.00 – selesai
C.     Tempat praktikum                   : Lab. Biologi Dasar FMIPA UNPATTI
D.    Alat                                         : 1. Pelubang gabus diameter 1 cm
2. Silet
3. Kertas saring
4. Gelas ukur 10 ml dengan skala ketelitian 0.1 ml
5. Petridish, pinset
6. Gelas piala 100 cc
7. Gelas benda dan gelas penutup
8. Mikroskop cahaya
9. Jarum preparat
10. Pipet
E. Bahan                                       : 1. Buah pepaya muda / umbi kentang          
2. Spyrogyra sp. dengan air tempat hidupnya
3. Larutan isotonis (H2O)
4. Larutan hipertonis (3%, CaCl2)


F.      Prosedur kerja                                    :
Umbi Kentang
1. Buat larutan sukrose 0.3 m (m= molalitas = mol solut/1000 gr H2 O); BM sukrose = 342; 0.1m sukrose = 0.1 x 342 = 34.2/1000 gr H2O
2. Dengan pelubang gabus, siapkan silinder buah pepaya muda ataupun umbi kentang dan potong dengan ukuran yang sama (diameter 1 cm, panjang 3 cm). Jika tidak tersedia pelubang gabus, dapat juga dibuat potongan umbi bentuk kubus atau persegi. Potongan dibuat 5 potong sebagai ulangan. Letakkan pada tempat tertutup sebelum dilakukan perlakuan selanjutnya.
3.  Sebelum potongan silinder dimasukkan ke dalam larutan sukrose, terlebih dahulu diukur volume awal. Caranya: isilah gelas ukur berukuran 10 ml dengan akuades sejumlah volume tertentu (misal 5 ml akuades), kemudian masukkkan potongan silinder yang akan diukur volume awalnya. Selanjutnya hitung dan catat pertambahan volume yang didapat (volume awal potongan silinder = volume akhir akuades setelah ditambah dengan potongan silinder - volume awal akuades yang belum ditambah dengan potongan silinder). Setelah itu segera hilangkan air dari permukaan silinder dengan kertas penghisap. Ingat setiap pengukuran awal volume potongan silinder harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari akuades keluar ataupun masuk ke sel.
4.   Selanjutnya potongan silinder yang telah diketahui volume awalnya, direndam dalam larutan sukrose.
5. Inkubasikan pada suhu kamar selama 1,5-2 jam dan setiap 15 menit goyangkan dengan tangan.
6.   Pada akhir inkubasi, segera hilangkan larutan sukrose dari permukaan silinder dengan kertas penghisap. Ukur volume akhir setiap potongan silinder, caranya seperti penentuan awal volume potongan silinder. Ukur diameter dan panjang umbi dengan menggunakan jangka sorong (kaliper).
8.   Masukkan data kelas anda dalam Tabel Pengamatan.
Pengamatan Perubahan Bentuk Sel.
1. Letakkan filamen Spyrogyra sp. pada gelas benda dengan air tempat hidupnya. Air ini dianggap sebagai larutan isotonis.
2. Amati kenampakannya di bawah mikroskop
3. Buat preparat baru Spyrogyra sp. pada gelas benda dan tambahkan dengan larutan hipertonik CaCl2, 3%. Amati kenampakkannya dibawah mikroskop.
4. Buat preparat Spyrogyra sp. baru dan tambahkan larutan hipotonis. Amati apa yang terjadi.
5. Catat semua hasil pengamatan dan diskusikan hasilnya.

IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

TABEL HASIL PENGAMATAN
Ulangan
Pj. Awal
(Cm)
Pj. Akhir
(Cm)
Dmt. Awal
(Cm)
Dmt. Akhir
(Cm)
Vol. Awal
(Cm3)
Vol. Akhir
(Cm3)
1
3
3,1
1
0,9
2,5
9
2
3
3,0
1
0,9
2,5
8
3
3
3,1
1
0,9
2
8
4
3
3,1
1
1,0
2
8
5
3
3,0
1
0,9
2
7
Rata-Rata
3
3,6
1
0,92
2,2
8





A.    ANALISA DATA

Volume awal = volume akhir akuades setelah ditambah dengan potongan silender - volume awal akuades yang belum ditambah dengan potongan silinder
Di mana, volume awal ulangan :

1.      Vawal  = 12,5 mm3-10 mm3  = 2,5 mm3
2.      Vawal  = 12,5 mm3-10 mm3  = 2,5 mm3
3.      Vawal  = 12,00 mm3-10 mm3 = 2,00 mm3
4.      Vawal  = 12,00 mm3-10 mm3 = 2,00 mm3
5.      Vawal  = 12,00 mm3-10 mm3 = 2,00  mm3


Rata - rata












B. PEMBAHASAN

Umbi Kentang

            Dari percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini silinder kentang mengalami perubahan dan semua perubahan tersebut menunjukan bahwa silinder kentang tersebut mengalami kenaikan berat maupun besarnya .
            Hal ini terjadi karena air bersifat hipotonis maupun hipertonis terhadap sel kentang. Yang terjadi pada silinder kentang setelah dimasukkan ke dalam air murni (H2O), silinder kentang tersebut mengalami perubahan berat, yaitu silinder kentang  bertambah beratnya dari kegiatan mengamati perubahan panjang silinder kentang, diperoleh hasil bahwa sebagian silinder kentang yang dimasukkan ke dalam air mengalami pertambahan panjang dan ada pula yang tetap.
Pada table diatas dapat dilihat bahwa panjang awal silinder kentang yang mula-mula 3 cm akan berubah menjadi 3,1 cm pada silinder yang ke 1,3, dan 4 sedangkan pada silinder yang ke 2 dan 5  panjang kentang tersebut masih sama tidak berubah.
            Pertambahan panjang ini terjadi karena air berosmosis ke dalam sl-sel penyusun balok kentang. Sebagaimana diketahui, di dalam sel-sel kentang terlarut berbagai zat organik, sehingga keseluruhan jaringan juga merupakan sistem larutan yang menyebabkan harga potensial airnya lebih kecil dibandingkan harga potensial air yang digunakan untuk merendam balok kentang tersebut. Dengan demikian, air dengan harga potensial airnya yang lebih tinggi berosmosis ke dalam balok kentang dan menyebabkan sel-sel kentang menjadi turgid sehingga balok kentang bertambahpanjang. pada percobaan dengan menggunakan larutan sukrosa 3 % tak berbeda jauh  dengan keadaan silinder kentang yang direndam di dalam air, kentang di dalam larutan sukrosa 3 % mengalami penambahan yang hamper sama. Dapat diketahui panjang rata-rata kentang yang semula 3 cm berubah menjadi 3,1 cm setelah dimasukkan ke dalam larutan sukrosa 3%. Penambahan terjadi karena larutan sukrosa  berosmosis ke dalam sel pada silinder kentang. 

Perubahan bentuk sel
Ø  Spirogyra sp  dengan menggunakan air tepat hidupnya

      Setelah dilakukan pengamatan Spirogyra sp dengan menggunakan air tempat hidupnya, bentuk dan wujud daripada sel Spirogyra sp. tersebut tetap tidak berubah. Hal ini karena larutan campuran antara Spirogyra sp dan air tempat hidupnya merupakan larutan isotonis yang mana konsentrasi antara zat terlarut (Spirogyra sp) dan zat pelarut (air) sama.
Larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut dan pelarutnya sama disebut larutan isotonis (Berg, 2008: 60).

Ø  Spirogyra sp. Menggunakan  Larutan CaCl2
     
      Spirogyra sp yang ditetesi dengan larutan CaCl2, inti selnya terlihat mengumpul. Ini terjadi karena sel Spirogyra sp mengkerut yang disebabkan larutan campuran antara Spirogyra sp dan larutan CaCl2 merupakan larutan hipertonis, yang mana konsentrasi zat terlarut (Spirogyra sp) lebih kecil daripada konsentrasi zat pelarut (larutan CaCl2). Peristiwa ini disebut plasmolisis yaitu lepasnya plasma dari membran sel. Larutan hipertonis merupakan larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada konsentrasi zat pelarutnya (Berg,2008:60). Protoplasma yang kehilangan air akan menyusut volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa ini kita sebut plasmolisis (Putro, 1994: 77)

C.    KESIMPULAN
Kesimpulan yang di dapat dalam praktikum ini ialah :
-          Larutan yang digunakan pada saat merendam silinder kentang berpengaruh terhadap penambahan ukuran serta berat daripada silinder tersebut.
-          Semakin lama waktu perendaman maka semakin berat pula silinder kentang.
-          Berkurangnya larutan pada saat perendaman silinder kentang disebabkan oleh Proses osmosis yang terjadi pada silinder kentang tersebut.
-          Pada Spyogyra sp. Akan telihat berubah bentuk menjadi lebih menggumpal


V.    DAFTAR PUSTAKA
-          J. Pagaya , 2012 Penuntun praktikum fisiologi, jurusan biologi FMIPA UNPATTI